Peningkatan populasi badak Jawa | PT. Kontak Perkasa Futures Pusat Ancaman lain adalah persaingan pakan dengan banteng, perburuan, dan potensi bencana alam. Ada upaya untuk memperluas habitat badak Jawa tetapi hingga saat ini belum ada solusinya. Hari ini bertepatan dengan hari Badak sedunia. Badak Jawa dan Badak Sumatera merupakan dua di antara 5 spesies badak di dunia. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), badak Jawa dan Sumatera masuk dalam kategori kritis, selangkah lagi menuju punah. Perlu dukungan untuk konservasinya. WWF menyatakan, tantangan pelestarian badak Jawa berbeda dengan badak Sumatera (Dirhinoceros sumatranus). Pada badak Sumatera, tantangannya adalah soal reproduksi. Populasi badak Sumatera tersebar dalam grup-grup kecil. Ada hambatan ruang antar grup sehingga perkembangbiakan sulit dilakukan. Pada badak Jawa, selain spesies invasif, badak Jawa juga menghadapi ancaman keseragaman genetik. Itu akan menurunkan kemampuan badak Jawa beradaptasi. "Manajemen habitat harus segera dilakukan dengan lebih agresif," kata Arnold Sitompul, Direktur Konservasi WWF Indonesia lewat rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (22/9/2016). Arnold menambahkan, manajemen habitat perlu dilakukan melalui langkah-langkah pengendalian langkap yang sudah sangat menggangu habitat asli badak. Peningkatan populasi badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) cukup menggembirakan. Dari 47 individu pada tahun 1970, kini populasinya menjadi 63 individu. Namun, pelestariannya kini menghadapi tantangan habitat. WWF Indonesia menyatakan, badak Jawa menghadapi keterbatasan lahan untuk pertumbuhan populasi dan pertumbuhan langkap (Arenga obsitulia) sebagai spesies invasif. Badak Jawa Terancam Punah | PT. Kontak Perkasa Futures Pusat Sementara itu, Direktur Konservasi WWF Indonesia, Arnold Sitompul menegaskan bahwa upaya konservasi Badak Sumatera di Indonesia harus dilakukan dengan mengedepankan inovasi baru. “Konservasi Badak Sumatera bisa dilakukan dengan mendorong program pembiakan semi alami yang lebih aktif. Mengingat populasinya di alam liar sangat kritis, maka perlindungan habitat saja tak cukup untuk menyelamatkan Badak Sumatera,” jelasnya. Arnold menambahkan, untuk Badak Jawa, manajemen habitat harus segera dilakukan dengan lebih agresif dengan langkah-langkah pengendalian invasive species Langkap. Pemerintah Indonesia mencanangkan target pertumbuhan populasi sebesar 10 persen untuk 25 satwa dilindungi pada kurun waktu tahun 2015 – 2019, termasuk di dalamnya Badak Sumatera dan Badak Jawa. Pada tahun 2014 dketahui jumlahnya 57 individu, dan tahun ini total 63 individu. Peningkatan jumlah individu ini membuktikan bahwa upaya konservasi berbasis spesies perlu dilakukan juga untuk meningkatkan populasi Badak Sumatera. Meski jumlah populasi Badak Sumatera relatif lebih besar ketimbang populasi Badak Jawa, namun keberadaanya tersebar dalam sub-sub populasi yang kecil. Dengan demikian, peluang pertumbuhan populasi Badak Sumatera relatif lebih rendah dibandingkan dengan Badak Jawa. “Jika tidak dilakukan upaya-upaya proaktif untuk mengkonsolidasikan sub-sub populasi yang kecil tersebut, maka ancaman kepunahan lokal Badak Sumatera sangat mungkin terjadi,” imbuh Mamat. Berdasarkan data terakhir yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), jumlah Badak Jawa di habitat terakhirnya di kawasan TNUK sebanyak 63 individu. Sementara itu, Badak Sumatera diperkirakan hanya tersisa kurang dari 100 individu berdasarkan kesimpulan para ahli dalam pertemuan PHVA (Population and Habitat Viability Assessment) pada 2015 lalu. “Untuk menyelamatkan Badak Sumatera yang semakin kritis, perlu adanya pendekatan konservasi berbasis spesies seperti yang dilakukan pada Badak Jawa,” ujar Mamat. Jumlah populasi Badak Jawa pada tahun 1970 hanya ada 47 individu berdasar data WWF, kemudian naik menjadi 51 individu pada tahun 1981. Pada Tahun 2010, di tanggal 22 September WWF menginisiasi pencanangan Hari Badak Dunia. Dalam sambutannya, Kepala TNUK (Taman Nasional Ujung Kulon), Mamat Rahmat mengatakan bahwa Ujung Kulon telah menjadi aset dunia. “Bersama kita bisa menyelamatkan keanekaragaman hayati khususnya Badak Jawa yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon,” paparnya. Selain Badak Jawa, kondisi Badak Sumatera (Dicerorinus sumatranus) juga tidak lebih baik. Badak Jawa menghadapi masalah keterbatasan luasan habitat untuk mengakomodir pertumbuhan populasinya. “Selain itu pertumbuhan Langkap (Arenga obsitulia) yang sangat cepat sehingga telah menahan ketersediaan pakan Badak Jawa,” kata Mamat. International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) telah menetapkan Badak Jawa (Rhinocerus Sondaicus) sebagai kategori satwa “sangat terancam punah” (critically endangered). Program Koordinator Proyek Ujung Kulon WWF-Indonesia, Yuyun Kurniawan mengatakan Badak Jawa menjadi salah satu mamalia besar terlangka di dunia yang keberadaannya terancam punah. “Kategori ini dibuat setelah kematian Badak Jawa terakhir di Vietnam tahun 2011 dan menjadikan Taman Nasional Ujung Kulon menjadi satu-satunya habitat Badak Jawa,” kata dia, di Jakarta, Kamis (22/9). Untuk itu, kata Yuyun, agenda konservasi Badak Jawa semakin hari semakin mendesak untuk dilakukan dengan segera dan seksama. Populasi Lebih Besar, Badak Sumatera Sebenarnya Lebih Terancam | PT. Kontak Perkasa Futures Pusat Pelestarian berbasis spesies terbukti berhasil pada badak Jawa. Tahun 1970, populasi badak Jawa hanya 47 individu. Tahun 181, populasi bertambah menjadi 51 dan pada 2014 menjadi 57.
Yuyun mengatakan, harus ada upaya lebih untuk mengatasi hambatan reproduksi badak Sumatera. "Jika tidak dilakukan upaya-upaya proaktif untuk mengkonsolidasikan sub-sub populasi yang kecil tersebut, maka ancaman kepunahan lokal Badak Sumatera sangat mungkin terjadi.” Dalam 10 tahun terakhir, laju kehilangan badak Sumatera sebesar 50 persen. Di sejumlah kantung habitat seperti Kerinci Seblat, jejak badak Sumatera sudah tak ditemukan sejak tahun 2008. Yuyun Kurniawan, Program Koordinator Proyek Ujung Kulon WWF-Indonesia mengatakan, "Untuk menyelamatkan Badak Sumatera yang semakin kritis, perlu adanya pendekatan konservasi berbasis spesies seperti yang dilakukan pada Badak Jawa." Pemerintah Indonesia punya target pertumbuhan populasi sebesar 10 persen untuk 25 satwa dilindungi. Sementara target itu hampir tercapai untuk badak Jawa, badak Sumatera masih jauh. Populasi badak Sumatera pada tahun 1974 diperkirakan antara 400 - 700 individu. Meski langkah pengembangbiakan berhasil dengan kelahiran Andatu dan Dellilah dari pasangan Andatu dan Ratu, populasi badak Sumatera sebenarnya menurun. Demikian pernyataan WWF Indonesia bertepatan dengan Hari Badak Sedunia yang jatuh pada 22 September atau hari ini. “Upaya konservasi Badak Sumatera di Indonesia harus dilakukan dengan mengedepankan inovasi baru yaitu mendorong program pembiakan semi alami yang lebih aktif," kata Direktur Konservasi WWF Indonesia, Arnold Sitompul lewat rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (22/9/2016). "Perlindungan habitat saja tidak cukup." Badak Sumatera (Dicerorinus sumatranus) menghadapi tantangan berbeda daripada saudaranya, badak Jawa (Rhoniceros sondaicus). Populasinya tersebar dalam grup-grup kecil sehingga menyulitkan perkembangbiakan, menjadikan badak Sumatera lebih terancam dari badak Jawa. Perlu inovasi baru dalam pelestariannya. Kontak Perkasa Futures
0 Comments
Leave a Reply. |
Official Website
PT Kontak Perkasa Futures Profil Perusahaan Legalitas Badan Regulasi Fasilitas dan Layanan Archives
May 2017
Categories
All
Networks
|