Kabar kenaikan pasokan minyak Amerika Serikat (AS) terus menggerus harga minyak mentah | PT Kontak Perkasa Futures Cabang BandungKini pasar juga masih menanti tingkat kepatuhan Rusia dalam kesepakatan pembatasan produksi. Pasalnya, Negeri Beruang Merah ini belum menunjukkan berapa pemangkasan produksi minyaknya di bulan Januari lalu. Namun, Rusia menjamin akan mengurangi produksi minyak sebesar 40.000 barel dari angka produksi bulan ini. "Pelaku pasar juga menantikan tingkat kepatuhan Rusia dalam pemangkasan produksi," lanjut Agus. Menteri Minyak Arab Khalid Al-Falih mengakui, persediaan minyak mentah global tidak turun secepat harapan. Ini membuka kemungkinan perpanjangan pemangkasan produksi. Hal tersebut bakal dibahas pada pertemuan OPEC Mei mendatang. Dari sisi teknikal, Agus melihat potensi harga minyak terkoreksi dalam jangka pendek. Harga bergerak di atas moving average (MA) 100 dan MA200 tetapi di bawah MA50. Indikator moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif 0,2. Indikator stochastic mendekati area oversold di level 21, tetapi masih berpeluang turun. Sementara relative strength index (RSI) melemah di level 32. Agus pun memprediksi harga minyak hari ini melemah dan bergerak di kisaran US$ 51,15-US$ 53,5 per barel. Sementara sepekan ke depan, Suluh memperkirakan ada peluang harga menguat dan bergerak di rentang US$ 51,5-US$ 54 per barel. Hal ini membuat harga minyak gagal melesat. Padahal OPEC dan Rusia masih mematuhi kesepakatan pembatasan produksi. Kenyataan tersebut membuat Arab dan Rusia akan mendesak AS untuk turut serta melakukan pembatasan produksi. Apalagi, Energy Information Administration (EIA) malah menaikkan perkiraan produksi minyak AS tahun ini jadi 9,21 juta barel per hari. Suluh Adil Wicaksono, analis Cerdas Indonesia Berjangka, menambahkan, kenaikan cadangan minyak AS berhasil menutup sentimen positif dari peningkatan permintaan minyak China. Impor minyak mentah Negeri Tirai Bambu pada bulan Februari naik menjadi 8,32 juta barel per hari. Administrasi Umum Bea Cukai Beijing mengatakan, di bulan Januari-Februari impor minyak mentah melesat 12,5% menjadi 65,8 juta ton. Kabar kenaikan pasokan minyak Amerika Serikat (AS) terus menggerus harga minyak mentah. Per pukul 15.31 WIB kemarin (8/3), harga minyak WTI kontrak pengiriman April 2017 di New York Mercantile Exchange terkikis 0,68% menjadi US$ 52,78 per barel. Dalam sepekan terakhir, harganya terpangkas 1,9%. Research and Analyst Monex Investindo Futures Agus Chandra menjelaskan, Amerika Serikat (AS) kembali mencatatkan kenaikan pasokan minyak. American Petroleum Institute (API) merilis, pasokan minyak AS pekan lalu naik 11,6 juta barel. Harga Minyak Jatuh Akibat Banjir Pasokan AS | PT Kontak Perkasa Futures Cabang BandungAnalis mengatakan kenaikan stok minyak AS tersebut jauh melebihi ekspektasi pasar dan mengangkat kekhawatiran baru atas kelebihan pasokan minyak global. Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April, turun USD2,86 menjadi menetap di USD50,28 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, patokan global, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Mei, berkurang USD2,81 menjadi ditutup pada USD53,11 per barel di London ICE Futures Exchange. Harga minyak dunia jatuh pada perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Turunnya harga minyak disebabkan data menunjukkan bahwa persediaan minyak Amerika Serikat naik untuk minggu kesembilan secara berturut-turut. Persediaan minyak mentah AS naik 8,2 juta barel dalam pekan yang berakhir 3 Maret menjadi 528,4 juta barel, naik 7,7% dari waktu yang saham tahun lalu, menurut data yang dirilis oleh Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Rabu (8/3/2017). ( Baca : Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah dalam Tiga Bulan ) Harga Minyak Kandas di Titik Terendah Tahun Ini | PT Kontak Perkasa Futures Cabang BandungNamun, OPEC mengatakan, masih terlalu dini untuk memulai pembicaraan terkait perpanjangan kesepakatan tersebut. Sebelumnya, OPEC sepakat untuk memberlakukan kebijakan tersebut sepanjang semester I saja. Sesi perdagangan kemarin juga mencatat persentase penurunan harga terbesar sejak Februari 2016. Volume perdagangan meningkat dan mencatat rekor tertingi sejak 1 Desember silam. Harga minyak terbilang membaik sejak 1 Januari 2017 silam, setelah pemangkasan produksi OPEC berlaku efektif. Data-data dan pernyataan dari para Menteri Perminyakan menunjukkan tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap kesepakatan tersebut. Selain itu, ekspektasi akan meningkatnya suku bunga acuan AS pada pekan depan juga ampuh menekan harga minyak. Pasalnya, nilai tukar Dolar AS tentu akan menguat dibanding mata uang lainnya. Hasilnya, harga Brent LCOc1 menurun ke angka US$53,11 per barel. Sementara itu, harga West Texas Intermediate (WTI) CLc1 terjun ke angka UD$50,28 per barel, atau titik terendah sejak tanggal 15 Desember 2016 silam. Harga minyak melemah sebesar 5 persen menuju titik terendah pada tahun ini pada hari Rabu (8/3) waktu Amerika Serikat (AS). Persediaan minyak AS yang melimpah membuat pelaku pasar cemas bahwa stok minyak global masih tetap membuncah meski organisasi negara-negara pengekspor minyak (Organization of the Petroleum Exporting Countries/OPEC) mencoba membatasi produksi. Dikutip dari Reuters, persediaan minyak mentah di AS telah meningkat sepanjang tahun dan mencapai puncaknya pada angka 8,2 juta barel pada pekan lalu menurut data Energy Information Administration (EIA) AS. Angka ini lebih besar empat kali lipat dibanding perkiraan sebelumnya. Kontak Perkasa Futures Categories All
0 Comments
Leave a Reply. |
Official Website
PT Kontak Perkasa Futures Profil Perusahaan Legalitas Badan Regulasi Fasilitas dan Layanan Archives
May 2017
Categories
All
Networks
|