Telkomsel sempat ambruk setelah mendapat serangan dari hacker yang memprotes soal mahalnya tarif internet | PT Kontak Perkasa Futures Cabang Surabaya“Tarif terlalu murah malah tidak bagus buat operator untuk dapat mampu bertahan, yang akan berimbas pada perkembangan industri yang justru menjadi tidak maksimal,” terangnya. Ia menyebutkan ada tiga hal penting yang harus dilakukan operator untuk mendorong industri tetap tumbuh. Pertama, membuat harga yang terjangkau. Kedua, tetap berkelanjutan dalam membangun infrasrtuktur. Dan yang Ketiga, infrastuktur harus merata dan ada dimana-mana. “Tiga hal penting itu harus dilakukan operator agar industri bisa maksimal dan tetap mampu bertahan,” pungkas Ririek. “Tarif Internet Telkomsel itu sebenarnya termurah ketiga di dunia,” kata Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah di Hotel Singhasari, Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (18/5/2016). Ia menambahkan, kalau tarif internet terlalu murah tidak bagus buat operator untuk jangka panjang, karena nantinya operator justru tidak bisa membangun infrastruktur secara maksimal. Alhasil, industri akan bisa terancam menjadi tidak sehat. “Tarif Internet Telkomsel itu sebenarnya termurah ketiga di dunia,” kata Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah di Hotel Singhasari, Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (18/5/2016). Ia menambahkan, kalau tarif internet terlalu murah tidak bagus buat operator untuk jangka panjang, karena nantinya operator justru tidak bisa membangun infrastruktur secara maksimal. Alhasil, industri akan bisa terancam menjadi tidak sehat. Dirut Telkomsel Jawab Tudingan Tarif Mahal | PT Kontak Perkasa Futures Cabang SurabayaKetika ekosistem itu berjalan dengan baik, tentu masyarakat banyak akan diuntungkan karena mereka akan memperoleh layanan mobile data dengan kecepatan maksimal dan harga terjangkau. Menyoal hal tersebut, BRTI tengah menyusun revisi/pengganti PM 9/2008 tentang Tarif Jasa Telekomunikasi. Aturan tersebut hanya menyangkut tarif telepon dan SMS, belum tarif jasa internet. Dalam kesempatan terpisah, sebelumnya komisioner Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Ketut Prihadi menilai dari sisi ekosistem bisnis semua harus diuntungkan atau win-win solution. Penyelenggara jasa seluler harus mendapatkan keuntungan dari bisnis mobile data agar layanan data tetap berlangsung. Di sisi lain, penyelenggara jasa seluler juga harus melakukan efisiensi agar harga jual data ke konsumen dapat memenuhi keterjangkauan konsumen. Pertama adalah harga terjangkau. Terjangkau di sini maksudnya sesuai dengan daya beli masyarakat tetapi bukan berarti operatornya juga harus berdarah-darah untuk menambal tarif yang diobral. Operator tentu juga punya hak untuk untung, karena untuk menjalankan operasional perusahaan dan pengembangan infrastruktur. Poin kedua adalah sustainability atau pembangunan yang berkelanjutan. Dimana ini menuntu operator untuk jangan cuma membangun di kota-kota besar saja. Dan ketiga harus merata, ada di mana-mana. "Masyarakat Indonesia itu ada dari Sabang sampai Merauke. masa yang menikmati internet cuma di Jakarta?" pungkasnya. Singkatnya, operator membutuhkan dana yang lumayan besar untuk terus menjaga kualitas dan penyebaran layanannya ke berbagai area. Nah, jika operator dari sisi keuangan juga tidak sehat maka sulit untuk diandalkan untuk mau membangun ke daerah yang dianggap tidak menguntungkan. Apalagi kondisi geografis Indonesia itu kepulauan, tidak seperti negara lain — misalnya Malaysia -- yang secara geografis lebih mudah dilakukan pembangunan infrastruktur telekomunikasi lantaran mayoritas wilayahnya berada di satu dataran. Lantas apakah berarti tak boleh terlalu murah ini berarti masyarakat harus membayar mahal untuk layanan telekomunikasi? Tidak juga! Sebab Ririek menyebut idealnya industri telekomunikasi itu harus memenuhi tiga hal. Tapi coba bandingkan tarif layanan mereka dengan di Indonesia. Bahkan, tarif di Indonesia sebenarnya sudah masuk ketiga termurah. Coba saja buka websitenya operator di negara lain, meski ada beragam layanan, kan bisa dihitung secara rata-ratanya," Ririek menambahkan di sela uji jaringan Telkomsel untuk menyambut Ramadan dan Idul Fitri 2017 di kota Malang. Pengguna juga diimbau untuk memikirkan kualitas dan ketersediaan layanan, selain persoalan tarif. Sebab dalam jangka panjang, harga layanan yang terlalu murah dinilai juga bisa merugikan pelanggan. "Harga terlalu murah itu memang kelihatannya baik bagi masyarakat, tapi itu untuk jangka pendek. Karena akan berpengaruh dengan layanan yang didapatkan oleh pelanggan dan pengembangan ekspansi jaringan," tukasnya. Kembali ke soal tarif, Ririek menilai mahal atau murah suatu layanan operator itu sejatinya relatif. Pasalnya, ini tergantung oleh berbagai faktor. Mulai dari kualitas layanan, pengembangan infrastruktur, teknologi yang digunakan, biaya operasional dan lainnya. "Kalau mau coba bandingkan tarif di Indonesia dengan di negara lain, karena kan vendor yang membantu operator untuk membangun infrastruktur jaringan kan itu-itu saja, jadi sama dengan di negara lain," lanjutnya. Pembahasan seputar tarif seluler di Indonesia seakan tak ada habisnya. Banyak yang bilang kalau tarif telepon, SMS dan data (internet) di Indonesia masih kemahalan, namun tak sedikit pula yang mengatakan itu sudah terjangkau. Mengomentari debat kusir soal isu tarif seluler — khususnya layanan data — Direktur Telkomsel Ririek Adriansyah pun angkat bicara. Ririek memang layak bersuara, sebab Telkomsel kerap ditempatkan memiliki tarif premium. Namun di sisi lain, operator anak usaha Telkom ini juga menjadi penyedia layanan telekomunikasi dengan infrastruktur paling luas dengan kekuatan 140 ribu BTS (base transceiver station) yang mencakup 99% populasi. Adapun jumlah pelanggannya sudah tembus 170 juta — dengan 89 juta di antaranya merupakan pelanggan data — sehingga membuat Telkomsel menguasai sekitar 56% pangsa pasar di industri seluler Tanah Air. Menilik Masa Depan Bisnis Telekomunikasi Tanah Air | PT Kontak Perkasa Futures Cabang Surabaya"Pasar telko kan pasar kompetisi, di kita suka 'bunuh-bunuhan', ya sudah selamat menikmati. Terserah pemerintah apakah mau menjadi wasit atau mau menjadi penonton," tuturnya. Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sendiri saat ini sedang merancang aturan tarif data (internet) dan tarif interkoneksi (telfon dan SMS) yang akan menjadi acuan operator seluler dalam memberlakukan tarif layanan. Ia pun menjelaskan bahwa dalam tarif tersebut operator diperkirakan telah memberikan subsidi sebesar Rp190 per menit secara off-net (lintas operator). Hal itu berdasarkan perhitungan tarif Rp1 per detik (Rp60/menit) dengan tarif interkoneksi saat ini Rp250 per menit. Sementara untuk biaya on-net (sesama operator) sebesar Rp85 per menit, maka operator telah memberi subsidi Rp275 per menit. "Ini jual rugi," imbuhnya. Anggota Masyarakat Telematika (Mastel) Institute Nonot Harsono menilai, perang tarif itu bisa mengakibatkan kebangkrutan bagi operator. "Mati bareng-bareng, bangkrut bersama-sama. Tergantung masyarakat mau pakai telefon atau tidak, karena pindah ke internet," kata Nonot kepada Okezone, Kamis (18/5/2017). Untuk menarik minat pelanggan, berbagai operator telekomunikasi menghadirkan layanan dengan ragam biaya. Isu perang tarif pun kembali mencuat. Kini penggunaan data pun seiring waktu mampu menyalip layanan voice dan SMS. Namun bukan berarti mereka melupakan layanan itu. Operator telekomunikasi menjadi salah satu peran penting di era internet. Pasalnya, internet tak dapat diakses tanpa jaringan yang mereka sediakan. PT Kontak Perkasa Categories All
0 Comments
Leave a Reply. |
Official Website
PT Kontak Perkasa Futures Profil Perusahaan Legalitas Badan Regulasi Fasilitas dan Layanan Archives
May 2017
Categories
All
Networks
|